Bab 58
Bab 58 Pemaksaan
“Betul. Kenapa kalau kami mengancammu?”
Lukman menatap Luna sambil berkata, “Luna, coba pikirkan baik–baik. Kalau kami bertiga pergi, proyek ini akan berhenti. Dalam waktu singkat, kamu nggak akan bisa menemukan orang untuk menggantikan kami. Ckck. Mungkin saja dua hari lagi, direktur utama akan mempersilakan dua direktur lainnya kembali.”
Dua orang direktur yang dimaksud tentu saja adalah Yanto dan Wisnu. Menurut mereka, ikut Yanto dan Wisnu lebih enak.
Bisa korupsi bersama tentu saja lebih enak.
“Sudahlah, ayo pergi. Sepertinya dia memang nggak membutuhkan kita, ayo pengunduran diri.”
tulis suret
Sambil bersiul, Aripin memainkan mata ke arah dua orang lainnya, lalu bersiap untuk pergi.
“Kalian
Luna sangat marah dan juga tak berdaya. Tiga orang itu memegang kelemahan Luna.
Pada saat ini, pintu ruangan pun terbuka dan seseorang berjalan masuk.
“Sayang, kalau mereka ingin mengundurkan diri, biarkan mereka pergi saja. Tanpa mereka, dunia tetap harus berputar.”
“Ardika, jangan mengacau.
Melihat Ardika masuk, Luna sedikit marah.
Ucapan Ardika sama saja menyiram minyak ke dalam api.
Ternyata, Aripin dan dua orang lainnya langsung berhenti. Mereka menatap Ardika sambil tersenyum sinis.
Roy lalu berkata, “Siapa kamu? Beraninya kamu membual seperti itu. Aku tahu bumi akan terus berputar. Tapi, aku lebih tahu kalau tanpa kami, Kompleks Prime Melati nggak akan bisa berjalan
lagi ”
*Anak muda, jangan suka membual. Hati–hati kegigit lidah sendiri.”
“Luna, ini suamimu, kan? Apakah sikapnya mewakili sikapmu?”
Tiga orang itu menatap ke arah Luna.
“Aku
- 4.
Luna terkejut dengan kemunculan Ardika sehingga kebingungan.
“Sayang, aku sudah bilang kalau biarkan mereka pergi saja.”
Ardika langsung menahan Luna dan berkata, “Kepala proyek, manajer penjualan dan kepala teknik. Aku sudah menemukan orang yang tepat untukmu. Mereka adalah jagoan di setiap bidang masing–masing. Bukan orang yang bisa dibandingkan dengan tiga pecundang bodoh ini.”
“Siapa yang kamu bilang pecundang? Ulangi sekali lagi.”
Aripin yang galak langsung marah. Dia pun menggulung lengan baju dan ingin menghajar Ardika.
“Aripin, jangan terprovokasi olehnya. Dia sengaja membuatmu marah, jangan sampai jatuh ke
perangkapnya.”
Lukman yang licik segera menahannya, lalu berkata dengan sinis, “Ardika ya? Mana orang yang kamu cari? Coba panggil ke sini, aku ingin melihat siapa jagoan yang kamu bilang itu.”
*Ardika, jangan mengacau. Aku bisa mengurusnya sendiri.”
Luna menarik lengan Ardika dengan kesal.
Luna tidak percaya kalau Ardika bisa mendatangkan tiga orang untuk menggantikan Aripin dan
dua orang lainnya.
Dengan kondisi Grup Agung Makmur yang makin memburuk setiap hari, jangankan jagoan dalam
bidang masing–masing, mereka bahkan kesulitan untuk mencari tiga orang yang setara dengan
Aripin dan yang lainnya. This text is © NôvelDrama/.Org.
Aripin dan yang lainnya tahu akan hal itu, sehingga mereka tidak takut.
“Bagaimana kamu mengurusnya? Berkompromi dengan tiga pecundang tak kompeten ini?
Bagaimana kamu bisa bekerja ke depannya?”
Ardika tidak ingin kemampuan dan kehebatan istrinya digunakan untuk berdebat dengan tiga orang pecundang itu.
Ketika mendengar Ardika menyebut mereka pecundang tak kompeten, Aripin dan yang lainnya langsung marah.
*Ayo, kita tulis surat pengunduran diri. Luna, kamu pasti akan datang memohon kepada kami
nanti.”
Setelah berbicara, mereka pun berbalik untuk meninggalkan ruangan.
Pada saat ini, pintu ruangan tiba–tiba terbuka. Dua orang pria dan seorang wanita berjalan masuk.
Melihat tiga orang itu, Aripin dan yang lainnya tercengang.
Mereka kenal dengan tiga orang tersebut.
“Zico Lerama, mantan kepala proyek Grup Laut Berlian, manajer proyek Menara Sahid ”
“Gita Lutawan, salah satu dari sepuluh orang teratas yang terpilih oleh Asosiasi Industri Penjualan Kota Banyuli tahun lalu. Dia juga merupakan manajer penjualan di Forest Garden. Tahun lalu, dia memimpin tim dan memenangkan kejuaraan penjualan.”
“Mario Hitora, mantan insinyur senior Grup Laut Berlian. Sekarang, dia menjabat kepala insinyur
Menara Sahid.”
Tiga orang ini merupakan jagoan di bidang masing–masing. Paling tidak, di Kota Banyuli dengan persaingan ketat ini, mereka adalah orang–orang yang berprestasi.
Beberapa hari yang lalu, tiga orang tersebut direkrut oleh Grup Sentosa Jaya dengan gaji tinggi dan diberi tanggung jawab berat. Aripin dan dua orang lainnya juga tahu hal tersebut.
Saat itu, Aripin dan dua orang lainnya merasa sangat iri.
Siapa sangka, tiga orang ini bisa datang ke proyek mereka.
“Wah, Pak Zico, selamat datang. Apakah ada kerja sama yang ingin dibicarakan? Aku adalah manajer proyek Kompleks Prime Melati, Aripin Sutoro. Pak Zico bisa berbicara denganku.”
Aripin dan dua orang lainnya mengira Zico adalah utusan Grup Sentosa Jaya untuk membicarakan kerja sama. Aripin pun tidak jadi pergi dan segera menyambutnya.